Apokaliptisme Sastra Lisan Lereng Arjuna

APOKALIPTISME SASTRA LISAN LERENG ARJUNA

The Apocalyptic of Arjuna Slopes Oral Literature

Sony Sukmawan

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Brawijaya

Jalan Veteran, Malang, Jawa Timur 65145

Pos-el: swara_sukma_lelaki@yahoo.co.id

(diterima 13 Oktober 2014, disetujui 3 November 2014, revisi terakhir 1 Desember 2014)

 

Abstrak

Sastra apokaliptik adalah jenis sastra naratif yang (i) mengisahkan wahyu yang dimediasi oleh makhluk dari dunia yang diterimakan kepada manusia; (ii) mengungkapkan suatu realitas transenden yang temporal; (iii) menyangkut bayangan eskatologis keselamatan. Ciri-ciri yang terdapat dalam sastra lisan Lereng Arjuna dalam wujud (i) pemahlawanan tokoh mitologis (Semar dan Dewi Sri) dan sosok cikal bakal, trindih ukir, atau babat alas desa setempat; (ii) implikasi gagasan apokaliptik di balik latar penamaan desa, latar penamaan situs-situs purbakala dan situs keramat alami; (iii) penamaan para-baureksa dalam mantra, yang diangkat atau terinspirasi dari penggalan, kutipan, atau sebagian kisah pewayangan, suluk, dan kitab suci; serta (iv) pengungkapan apokaliptik sebagai pemulihan stabilitas alam melalui tindakan pencegahan yang persuasif (melalui pemujaan mantra, laku ritual), bukan mengubah masa depan alam.

Kata Kunci: apokaliptik, sastra lisan, masyarakat Lereng Arjuna

 

Abstract

Apocalyptic literature is a genre of narrative that tells the story of revelation which is mediated by the creatures of the world that were administered to humans, (ii) disclose a transcendent reality which is temporal; (iii) regarding the shadow eschatological salvation. Characteristics contained in the oral literature in the form of Arjuna Slope (i) pemahlawanan mythological figures (Semar and Dewi Sri) and the origin of ba-cal figure, trindih carving, or tripe local village, (ii) the implications of the idea behind the apocalyptic background of naming the village , background naming archaeological sites and natural sacred sites, (iii) the naming of the baureksa mantra, which lifted or inspired from fragments, quotes, or wayang story part, mysticism, and scripture, and (iv) disclosure of apocalyptic as the restoration of stability precautions nature through persuasive (through worship spell, ritual behavior), instead of changing the future of nature.

Keywords: apocalyptic, oral literature, the slope of Arjuna

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *