HIBRIDITAS DAN POLITIK TUBUH DALAM NOVEL NAMAKU MATA HARI KARYA REMY SILADO: SEBUAH TINJAUAN POSKOLONIAL
Hybridity and Body Politic in Namaku Mata Hari, A Novel Written by Remy Silado: A Postcolonial Study
Dwi Oktarina
Kantor Bahasa Provinsi Bangka Belitung
Ruko Permata 7, Jalan Solihin G.P. Km 4, Pangkalpinang
Pos-el: oktarinadw@gmail.com
(diterima 1 April 2014, disetujui 16 Mei 2014, revisi terakhir 23 Mei 2014)
Abstrak
Penelitian ini menggali aspek hibriditas dan ambivalensi yang terjadi pada tokoh Mata Hari dalam novel Namaku Mata Hari karya Remy Silado. Mata Hari, seorang agen spionase keturunan Belanda-Jawa bekerja pada banyak negara pada saat perang dunia berkecamuk. Selain itu, permainan politik tubuh Mata Hari juga menjadi sebuah hal yang menarik untuk diteliti lebih jauh. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, didapatkan hasil bahwa ruang-ruang pertemuan antara dua kebudayaan sama sekali tidak bisa dielakkan. Mata Hari sebagai Indo berdarah campuran Belanda-Indonesia tidak dapat melepaskan dirinya dari dua kebudayaan yang melingkupinya, Belanda maupun Indonesia.
Kata kunci: Mata Hari, hibriditas, ambivalensi, politik tubuh
Abstract
This research discusses the aspects of hybridity and ambivalency of Mata Hari, the main character in the Nama aku Mata Hari, a novel by Remy Silado. Mata Hari, a Dutch-Javanese woman worked as military espionage agent in many countries during world war. In addition, the politic of body also becomes a matter of interest for further investigation. The method used in this research is descriptive qualitative. From the research that has been conducted, showed that the spaces between two cultures can not be avoided. Mata Hari as a Dutch-Javanese mixed blood can not get herself out from the two cultures that surrounded her, Dutch and Indonesia.
Keywords: Mata Hari, hybridity, ambivalence, body politic