Vol. 2, No. 1, Juni 2014

Puji syukur ke hadirat Pemilik dan Pencipta semesta ini yang memiliki kuasa atas diri-Nya sendiri. Dialah Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga Volume 2 Nomor 1 Jurnal Sirok Bastra Tahun 2014 dapat terbit tepat pada waktunya.

Pada edisi ini, dimuat sepuluh tulisan, yakni enam tulisan kesastraan dan empat tulisan kebahasaan. Dalam kajiannya, Anita Rima Dewi melihat kedudukan perempuan Jawa dalam keluarga—tergambar dalam novel Hati Sinden karya Dwi Rahyuningsih—dilihat dari perspektif gender. Berdasarkan penelitian, ditemukan bahwa diskriminasi gender seperti marginalisasi, stereotipe, dan subordinasi melahirkan berbagai kekerasan, yakni ekonomi, fisik, psikis, dan seksual.

Dalam kajiannya, Sarman membahas mitos buluh perindu dalam cerita rakyat Bangka. Mitos Bukit Tambun Tulang memuat struktur geografis yang menunjukkan adanya pola perjalanan hidup tokoh dalam mempertahankan hidup; struktur tekno-ekonomi yang menunjukkan adanya sistem mata pencaharian orang Bangka, antara lain berburu dan berkebun; struktur sosiologis yang menunjukan adanya hubungan sosial antara sesama manusia; dan struktur kosmologis yang menunjukkan adanya keterkaitan antara dunia nyata dan dunia gaib.

Dalam penelitiannya,Iis Afriatiningsih membahas sosok perempuan dalam karya sastra Indonesia yang diwakili oleh Nyai Ontosoroh, Pariyem, Clara yang menghadapi banyak tantangan dalam hidupnya. Hasil analisis menunjukkan bahwa sosok perempuan memiliki sikap, seperti memperjuangkan hidupnya (tergambar dalam tokoh Nyai Ontosoroh), pasrah dengan nasibnya (tergambar dalam tokoh Pariyem), dan nasibnya ada di tangan rakyat kecil (tergambar dalam tokoh Clara). Perjuangan perempuan tersebut berkaitan dengan kritik formalisme, strukturalisme, posstrukturalisme, dan posmoderenisme.

Dalam kajiannya, Asep Supriadi mengaplikasikan teori takmilah yang digagas oleh seorang pakar sastra Melayu bernama Shafie Abu Bakar pada puisi “Idul Fitri” karya Sutardji Calzoum Bachri. Hasil kajian menunjukkan bahwa puisi tersebut menggambarkan nilai-nilai keislaman dengan dimensi sufistik. Puisi itu menggambarkan perenungan eksistensi diri pada Tuhan.

Dalam kajiannya, Ch. Haris Maulana membahas tokoh dan penokohan serta nilai moral dan kekhasan yang ada dalam serial Harry Potter, khususnya seri pertama, Harry Potter dan Batu Bertuah. Nilai moral dan kekhasan yang tersirat dalam serial ini adalah sihir dapat dipelajari dan bukan faktor keturunan, kesetiakawanan, kedisipilinan, kepedulian, dan keingintahuan.

Dalam penelitiannya,Dwi Oktarina menggali aspek hibriditas dan ambivalensi yang terjadi pada tokoh Mata Hari dalam novel Namaku Mata Harikarya Remy Silado. Mata Hari, seorang agen spionaseketurunan Belanda-Jawa bekerja pada banyak negara pada saat perang dunia berkecamuk. Selain itu, permainan politik tubuh Mata Hari juga menjadi sebuah hal yang menarik untuk diteliti lebih jauh. Berdasarkanpenelitian, didapatkan hasil bahwa ruang-ruang pertemuan antara dua kebudayaan sama sekali tidak bisa dielakkan. Mata Hari sebagai Indo berdarah campuran Belanda-Indonesia tidak dapat melepaskan dirinya dari dua kebudayaan yang melingkupinya, Belanda maupun Indonesia.

Dalam kajiannya, Maria Christa Istiana Kamagi membahas struktur kalimat dan keterbacaan pada buku teks pelajaran bahasa Indonesia. Berdasarkan penelitian, ditemukan kalimat tunggal perluasan subjek, predikat, objek, dan pelengkap, kalimat tunggal perluasan keterangan, kalimat majemuk setara, kalimat majemuk bertingkat, kalimat majemuk bersusun, dan kalimat taklengkap. Selain menjelaskan struktur kalimat yang ada, penelitian ini juga mencoba menganalisis keterbacaan dilihat dari jumlah kata yang digunakan dalam kalimat tersebut. Hasil yang didapat adalah terdapat beberapa kalimat yang masih masuk kategori kalimat sulit dan sangat sulit dipahami.

Dalam kajiannya, Achril Zalmansyah membahas hasil Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia (UKBI) guru dan siswa SMP di Kabupaten Lampung Utara. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa sebagian besar peserta memperoleh nilai antara 300—400 yang berarti cukup baik. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa UKBI merupakan alat uji yang dapat digunakan untuk mengukur penguasaan bahasa Indonesia seorang guru serta penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar oleh siswa.

Dalam kajiannya, Prima Hariyanto membahas kata berinfiks –er– dalam bahasa Indonesia. Korpus data penelitian ini adalah Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, ditemukan 62 kata berinfiks –er– yang terdiri dari 14 jenis kelompok makna. Selain memaparkan kata berinfiks yang ada, penelitian ini juga mencoba memaparkan metode pendefinisian lema kata berinfiks yang –er– bermakna ‘sama dengan bentuk dasarnya’dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Dalam penelitiannya,Hotnida Novita Sary mengkaji perbedaan bentuk verba yang terdapat dalam bahasa Melayu Tinggi dan bahasa Melayu Rendah yang terdapat dalam Injil Matius terjemahan Klinkert. Peneliti mengunduh data dari laman sabda.org. Kedua versi Injil Matius ini kemudian dibandingkan dan dicatat satu ayat dengan ayat yang sama. Hasil pencatatan inilah yang dianalisis. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini adalah ragam bahasa Melayu Tinggi cenderung menggunakan bentuk berimbuhan, sedangkan bahasa Melayu Rendah cenderung menggunakan bentuk dasar.

Kami mengucapkan terima kasih kepada para penulis yang telah bersedia menerbitkan karya mereka pada edisi ini. Para penulis merupakan peneliti, pakar, dosen, siswa, dan mahasiswa dari berbagai sekolah, perguruan tinggi, dan instansi. Terima kasih juga kami sampaikan kepada para mitra bestari kami yang telah memberi ulasan terhadap tulisan-tulisan yang masuk ke redaksi.

Demi memenuhi keberagaman isi dan penulis, Sirok Bastra membuka kesempatan bagi para peneliti dan penulis menyampaikan hasil penelitian dan pemikiran mutakhir dalam bidang kebahasaan, kesastraan, dan pengajarannya.

Pangkalpinang, Juni 2014

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *