Problematika Perempuan: Presentasi Kekerasan Gender pada Cerpen “Lintah” dan “Menyusu Ayah” Karya Djenar Maesa Ayu

PROBLEMATIKA PEREMPUAN: PRESENTASI KEKERASAN GENDER PADA CERPEN “LINTAH”
DAN “MENYUSU AYAH” KARYA DJENAR MAESA AYU
Problematics of Women: Presentation of Gender Violence on The Short Story “Lintah” and “Menyusu
Ayah” by Djenar Maesa Ayu

Rizki Amalia Sholihah
Program Pascasarjana, Universitas Negeri Yogyakarta
Kampus Karangmalang, Yogyakarta 55281
pos-el: rizkiamalias88@gmail.com

(diterima 28 Februari 2013, disetujui 3 Mei 2013, revisi terakhir 10 Juni 2013)

Abstrak
Pemunculan kekerasan gender yang terdapat dalam cerpen “Lintah” dan “Menyusu Ayah” diakibatkan adanya anggapan masyarakat bahwa perempuan adalah objek dari segala kekerasan. Perempuan dianggap sebagai makhluk nomor dua yang hanya dapat dijadikan alat pemuas laki-laki dan tidak mampu mengemukakan pendapatnya. Selain itu, kemampuan perempuan untuk terus bertahan pada keterpurukannya dan tidak melawan merupakan senjata yang paling ampuh untuk membuat para lelaki merasa menang tanpa harus memberikan perlawanan yang berarti. Presentasi kekerasan seksual yang terdapat dalam cerpen “Lintah” dan “Menyusu Ayah” terjadi dalam dua bentuk, yaitu seksual dan nonseksual. Dalam bentuk nonseksual terbagi lagi dalam segi fisik dan batin. Kekerasan seksual berbentuk seperti adanya pelecehan seksual dan pemerkosaan yang dialami Maha dan Nayla, sedangkan kekerasan nonseksual dalam segi fisik berupa pemukulan yang diterima oleh kedua tokoh. Adapun dalam segi batin, adanya represi batin para tokoh yang membuat mereka tertekan.
Kata kunci: perempuan, feminisme, kekerasan gender, seks

Abstract
Instance of this use of gender violence found in “Lintah” and “Menyusu Ayah” short stories is caused existence assumption that women are the objects of the society from the violence. Female considered as being number two can only serve as a means of satisfying men and can not issue an opinion. Besides women’s capacity to survive in deterioration and not fighting is the most powerful weapon to make the men feel to win without having to give a meaningful match. Presentation of sexual violence found in short stories “Lintah” and “Menyusu ayah” occurs in two forms. Namely sexual and non sexual. In non-sexual forms are also divided further in terms of physical and spiritual. Sexual violence as a form of sexual harassment and rape experienced by Maha and Nayla, whereas nonsexual violence in terms of physical form of beatings received by the two leaders. As for the inner side, the
inner repression of the characters that makes them depressed.
Key words: woman, feminism, gender violence, sex

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *