Perempuan Setara dan Masa Depan Lingkungan Berkelanjutan

Mbok Manyar mengajak kami menyadari betapa air telah keruh dan mulai surut. Ada nada marah dalam suaranya, meski ia tidak mengeluhkan siapa pun. Parang Jati menjelaskan kepadaku bahwa belakangan ini beberapa sendang desa tak lagi jernih. Bahkan kolamnya lekas mengering sebelum puncak kemarau. Itu terjadi semenjak hutan-hutan jati di bukit terlarang ditebangi dan batu kapur ditambangi (Bilangan Fu, hlm. 153).

Kutipan tersebut merupakan salah satu penggambaran kondisi lingkungan dalam novel Bilangan Fu karya Ayu Utami yang diterbitkan 14 tahun silam. Sendang atau kolam di pegunungan yang berasal dari mata air tidak lagi jernih, hutan ditebangi, batu kapur juga ditambang dengan sewenang-wenang. Entah disadari atau tidak, dalam beberapa dekade terakhir, kondisi lingkungan dan alam makin menjadi perhatian. Generasi muda semakin tersadar bahwa mereka membutuhkan alam dan lingkungan yang berkualitas tinggi dalam kehidupan. Terlebih saat ini, kesadaran semakin timbul karena banyak pihak menyadari bahwa kondisi lingkungan berkaitan erat dengan masalah ekonomi, demografi, dan konflik agraria yang terjadi. Hal ini juga didasari pertimbangan bahwa dimensi manusia, lingkungan, dan pembangunan adalah hal yang tidak dapat dipisahkan. Ketiga unsur ini saling memengaruhi dan berdampak pada perubahan yang terjadi dalam masyarakat kita.

Pengetahuan yang makin berkembang menuntun pada keyakinan bahwa diperlukan upaya sistematis untuk meningkatkan kesadaran terhadap isu-isu lingkungan. Teknologi yang makin canggih juga membuat transmisi ilmu pengetahuan makin terbuka. Makin banyak gerakan mendukung pengembalian fungsi lingkungan dan alam dilakukan oleh kelompok-kelompok aktivis. Sebagian besar dilakukan oleh perempuan. Perempuan memegang peranan penting dan terus berupaya berpartisipasi aktif dalam pembangunan ekologis. Hal itu kemudian mendorong hubungan antara studi gender dan keberlanjutan lingkungan demi masa depan yang lebih baik.

Melihat Perempuan

Setiap tanggal 8 Maret, seluruh dunia memeringati Hari Perempuan Internasional atau International Women’s Day/IWD. Hari peringatan ini menjadi acara tahunan yang diinisiasi oleh UN Women atau Entitas Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan. Berdasarkan sejarahnya, peringatan hari perempuan dilandasi oleh demonstrasi massal menuntut hak para pekerja perempuan. Hingga pada 1975, PBB resmi menjadikan tanggal 8 Maret diperingati sebagai Hari Perempuan Internasional. Laman resmi UN Women menyebut bahwa peringatan Hari Perempuan Internasional tahun ini bertema “Gender equality today for a sustainable tomorrow” atau “Kesetaraan gender hari ini untuk masa depan berkelanjutan”.

Sementara itu, kampanye lain juga digelar oleh Komunitas IWD melalui situs resminya (internationalwomensday.com) yang mengusung tema #BreakTheBias. Tema kampanye ini hampir sama dengan apa yang diusung oleh UN Women yakni berupaya untuk mematahkan bias dan stereotipe yang membuat perempuan sulit untuk maju. Dunia yang beragam, adil, dan inklusif bagi siapa saja adalah dunia yang aman untuk menghargai setiap perbedaan. Kata kunci yang sangat jelas yakni kesetaraan. Masih banyak hal yang harus diperjuangkan dan disuarakan bagi kesetaraan perempuan di seluruh dunia.

Jika berbicara mengenai kesetaraan, ada banyak pekerjaan rumah yang harus dilakukan. Kesetaraan gender tercapai ketika perempuan dan laki-laki sama-sama memiliki hak, prospek hidup dan kesempatan yang sama, juga kekuatan untuk membentuk kehidupan yang dikehendaki agar dapat berkontribusi bagi masyarakat. Untuk mencapai kesetaraan gender, hak-hak perempuan harus dipenuhi dan upaya pemberdayaannya harus dilakukan secara eksplisit dan berfokus pada pengarusutamaan gender. Di Indonesia, kepedulian terhadap eksistensi perempuan sudah dimulai sejak tahun 2000 melalui Instruksi Presiden No. 9 mengenai “Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional”. Melalui inpres ini, sasaran strategi pengarusutamaan gender adalah upaya mencapai kesetaraan melalui kebijakan dan program yang memperhatikan pengalaman, aspirasi, kebutuhan, dan permasalahan perempuan dan laki-laki ke dalam seluruh kebijakan di berbagai bidang kehidupan dan pembangunan.

Tahun 2022 adalah tahun yang dipilih untuk meningkatkan kesadaran mengenai peranan perempuan dalam mendukung kesetaraan dan keberlanjutan di masa depan. Bagaimana caranya? Perempuan dapat memulai perannya di lingkungan tempat ia berkontribusi pada masyarakat.

Perempuan dan Lingkungan

Ketika kita berbicara mengenai perempuan dan lingkungan, yang tebersit dalam pikiran adalah hal-hal berbau domestik. Padahal tidak demikian. Dalam konteks lingkungan, usia, kelas sosial, etnisitas, kepercayaan, orientasi seksual, dan variabel lainnya saling berinteraksi membentuk hubungan antara gender dan lingkungan. Lingkungan tidak hanya dimaksudkan secara ekologis tetapi juga tatanan dalam kehidupan masyarakat. Perempuan memiliki kedekatan dengan lingkungan. Perempuan juga cenderung diasosiasikan dengan rumah dan komunitas yang mencerminkan peran perempuan dan kedudukannya dalam masyarakat. Sejarawan feminis, Nicholson (1986) dan Smith Rosenberg (1985) juga menjelaskan adanya pemisahan peran perempuan kelas menengah di Barat pada akhir abad ke-19 seiring dengan kebangkitan kapitalisme. Meskipun demikian, pada dekade berikutnya kita dapat melihat terobosan perempuan yang mulai masuk ke ruang publik. Ideologi gender ini terus membentuk kehidupan dan mendukung perempuan membentuk dirinya menjadi lebih baik lagi.

            Di negara-negara berkembang, perempuan sangat rentan terhadap perubahan kondisi lingkungan karena mereka menggantungkan hidup pada sumber daya alam yang ada di lingkungan terdekatnya. Dalam kondisi ekstrem dan sangat terbatas, perempuan menyediakan kebutuhan hidup bagi keluarganya. Perempuan bertugas mencari air, makanan, bahan bakar untuk memasak. Selain itu, perempuan juga tidak memiliki akses dan mobilitasnya sangat terbatas. Dalam kutipan novel Bilangan Fu sebelumnya, Mbok Manyar menyebut bahwa sendang di gunung mengering sebelum puncak kemarau. Itu terjadi semenjak hutan-hutan jati di bukit terlarang ditebangi dan batu kapur ditambangi. Meskipun marah, Mbok Manyar tidak dapat berbuat apa-apa. Mbok Manyar adalah representasi perempuan yang kalah ketika berhadapan dengan konflik kepentingan.

Konflik serupa terjadi dan menyita perhatian akhir-akhir ini adalah konflik agraria di Desa Wadas, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Liputan Kompas.com (24 Februari 2022) menyebut bahwa tindakan represif polisi membuat trauma warga Wadas, khususnya anak-anak dan perempuan. Seperti diketahui, kelompok masyarakat menolak penambangan batu andesit di Desa Wadas karena khawatir penambangan akan merusak sejumlah mata air yang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari, baik untuk kebutuhan rumah tangga maupun pertanian dan perkebunan. Hal ini membuat kita berpikir kembali. Perempuan dan anak selalu rentan menjadi korban. Apa yang bisa dilakukan agar perempuan dapat lebih berdaya dan membantu mewujudkan kondisi lingkungan yang lebih baik lagi?

Kesetaraan dan Keberlanjutan Masa Depan

Banyak cara yang bisa mendorong perempuan memiliki akses mewujudkan keberlanjutan lingkungan demi masa depan lebih baik lagi. Pertama, peningkatan kapasitas produksi para perempuan petani kecil (pertanian dengan lahan skala kecil) yang mempraktikkan pola pertanian berkelanjutan, terutama dilakukan agar tidak merusak lingkungan. Kedua, mendukung kepemimpinan perempuan lebih terbuka di sektor publik. Selama ini, dapat dilihat keterlibatan perempuan belum cukup tampak sebagai pengambil keputusan. Berdasarkan data UN Women, negara-negara dengan persentase perempuan lebih tinggi di parlemen cenderung mengadopsi kebijakan perubahan iklim yang ketat sehingga menghasilkan emisi yang lebih rendah bagi negaranya. Sementara itu, di level akar rumput, partisipasi perempuan dalam mengelola sumber daya alam mengarah pada tata kelola sumber daya yang adil dengan hasil konservasi yang lebih baik. Jika melibatkan perempuan, penggunaan sumber daya alam akan cenderung lebih efektif dan efisien.

            Selanjutnya, pemerintah dapat membantu mewujudkan kesetaraan perempuan dengan memberikan bantuan pendanaan bagi organisasi atau komunitas perempuan yang ada. Kolaborasi ini dapat membantu memastikan kebijakan iklim memenuhi kebutuhan khususnya perempuan dan anak-anak. Organisasi atau jaringan perempuan dapat pula bertindak sebagai jaring pengaman informal yang menjembatani kesenjangan layanan pemerintah dan membantu mendukung perempuan yang tengah berada dalam kondisi rentan. Yang terakhir dapat dilakukan adalah melindungi kesehatan para perempuan sehingga mereka dapat terus melanjutkan tugas dan fungsinya untuk menjaga keberlanjutan lingkungan dan hidup di masa depan. Bukti menunjukkan pula bahwa perempuan menanggung beban kesehatan negatif akibat perubahan iklim dan lingkungan. Perempuan lebih rentan terganggu kesehatan dan meninggal akibat bencana alam karena terbatasnya akses pelayanan. Belum lagi jika melihat kemungkinan perubahan iklim dan lingkungan yang meningkatkan potensi kekerasan berbasis gender.  

Dalam menjalankan perannya, perempuan butuh didorong agar dapat maksimal melaksanakan tugas di ranah domestik, publik, atau sosial. Perempuan punya beban berat menjaga keberlangsungan alam dan lingkungan. Perempuan dan alam adalah setara. Sama-sama merupakan rahim kehidupan. Mendukung perempuan berarti mendukung masa depan kehidupan lebih baik lagi.

Dwi Oktarina

Pengkaji Sastra, Kantor Bahasa Kepulauan Bangka Belitung

(Terbit di Harian Babel Pos, 7 Maret 2022)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *